Untuk buku ini, dari awal aku memang terinspirasi oleh Kim SeokJin / Jin BTS. Ada salah satu foto dia sedang persiapan di belakang panggung dimake over oleh stylist sambil duduk membaca novel ini. Seketika itu, aku memasukkan buku ini dalam list buku-buku yang ingin kubaca.
Namun, siapa sangka butuh lebih dari 1 bulan untuk menyelesaikan satu buku ini. Haha. Banyak faktor yang (bisa) menjadi alasan, di antaranya karena membaca dari aplikasi di smarthphone kadang baru berapa halaman mata sudah lelah rasanya. Alasan lainnya, karena alur yang maju mundur, nama-nama tokoh yang menurutku cukup sulit ditandai. Karena memang kelemahanku adalah menghafal nama asing. Perlu waktu sedikit lebih lama untuk mulai terbiasa.
Terlepas dari segala alasan tersebut, akhirnya tadi malam aku menyelesaikan membaca 400 halaman dari buku ini. Ekspresiku adalah ekspresi penuh tanda tanya. "Lah kok begini?".
Berharap masih ada bagian akhir yang belum kubaca, karena merasa seheran itu dengan endingnya.
Pada mulanya, kukira novel ini hanya akan berfokus pada orang-orang yang melakukan konsultasi melalui surat, dikirim kepada Namiya. Sang pemilik toko kelontong namiya.
Berawal dari anak-anak yang iseng menanyakan hal remeh, seperti "bagaimana bisa menjadi juara kelas tanpa harus belajar" diberi balasan serius oleh Namiya. Untuk kemudian persoalan lebih complicated mulai dikirim padanya melalui tulisan panjang lebar dalam surat. Mereka (yang berkonsultasi) memasukkan surat ke dalam pintu gulung toko, lalu Namiya akan meletakkan balasan suratnya dalam kotak susu. Setiap pengirim surat selalu menggunakan identitas anonim.
Bagiku, perlu waktu cukup lama untuk mulai bisa menarik garis penghubung antara para pengirim surat, dan Namiya.
Mereka yang berasal dari latar belakang berbeda, permasalahan hidup yang berbeda pula. Sempat membuatku berfikir mungkin dipilih secara random saja.
Setelah mencapai halaman 300 an. Mulai dikerucutkan pada jawaban dari "kenapa harus toko kelontong Namiya?"
Toko kelontong Namiya memang memiliki keajaiban. Tepat pada peringatan 33 tahun kematiannya, ia berpesan kepada anaknya supaya kelak memberikan pengumuman sesi konsultasi dibuka kembali selama satu malam sampai pukul 00.00. meski sempat tidak mengerti maksut dari permintaan tersebut, sang anak (lupa namanya hehe) tetap menyanggupi permintaan tersebut.
Diriku yang memilik kapasitas otak pas-pasan, awalnya juga sama tidak mengertinya dengan garis waktu dalam novel ini. Maju mundur tanpa ada tukang parkir yang memberi aba-aba wkwk. Tapi tetap saya lanjutkan saja membaca, dengan harapan di halaman selanjutnya ada penjelasan yang lebih mudah difahami olehku.
Kisah para pengirim surat yang melakukan konsultasi sangat beragam, ada yang memutuskan mengikuti saran dari Namiya, ada juga yang tetap dengan pendiriannya.
sebelum kematian Namiya, ia menunggu di dalam tokonya yang sudah tidak beroperasi lagi. Menunggu jawaban dari orang-orang yang pernah berkonsultasi dengannya. Sebagian besar dari mereka mengucapkan terima kasih. Meskipun, bisa jadi di antara mereka ada yang merasa menyesal karena tidak mengikuti saran dari Namiya. Surat-surat ini datang dari masa depan, tidak lagi ditulis dengan tangan. Namiya menyadari itu, entah sejak kapan waktu dalam toko kelontongnya berbeda dengan waktu yang berlaku di luar toko. Semacam time travel.
Salah satu kalimat dari Namiya kepada pengirim surat kosong, menurutku relate dengan kehidupan adalah yang seperti ini:
"Jika semua orang yang mengirimkan surat kepada saya diibaratkan seperti anak yang tersesat, sering terjadi bahwa sebenarnya mereka memiliki peta, hanya saja mereka menolak melihatnya. Atau ada juga yang tidak mengetahui dimana posisi mereka sekarang.
Namun, anda jelas berbeda. Karena peta yang anda miliki masih berupa kertas kosong, itulah mengapa meskipun sudah memiliki tujuan, anda belum menemukan dimana jalan yang bisa membawa anda ke sana. Itu wajar. Siapapun pasti akan merasa kebingungan.
Cobalah untuk mengubah sudut pandang. Karena peta anda masih berupa kertas kosong. Anda jadi bebas menggambar apa saja. Semuanya terserah pada anda. Anda bebas melakukan apa saja karena kesempatan terbentang luas di hadapan anda. Bagi saya, ini adalah hal yang menakjubkan. Percayalah pada diri sendiri. Saya doakan anda bisa menjalani hidup dengan bebas tanpa penyesalan."
Ketika kita mencurahkan isi hati pada orang, bercerita tentang masalah yang sedang kita hadapi, biasanya sudah memiliki pilihan. Kita tau dampak dari pilihan-pilihan itu. Seringkali kita juga sudah memantapkan pilihan dari opsi tersebut. Hanya saja, kita merasa tidak yakin. Butuh validasi bahwa yang kita pilih ini benar. Butuh validasi dari orang lain bahwa masalah kita ini memang cukup rumit untuk dihadapi.
Menjadi pendengar yang baik seperti halnya Namiya (meskipun melalui surat) merupakan hal yang tidak mudah. Tapi sosok Namiya yang netral dan berkepala dingin sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Maka, menurutku buku ini sangat bagus. Meskipun fiksi time travel, beberapa problem tidak sesuai dengan apa yang kita alami, tapi Namiya lah yang terasa nyata. Bisa jadi dalam hidup kita ada Namiya tanpa kita sadari. Jika ada kesempatan, tidak ada salahnya berterima kasih kepada sosok Namiya dalam kehidupan kita.
Overall, novel ini meskipun terjemahan, bahasanya sangat mudah difahami. Terasa seperti bukan buku terjemahan. Bahasanya tidak terlalu kaku, dan cukup nyaman dibaca.
Rate dariku 9,5/10.
Cukup sekian dariku, semoga bisa memberi insight baru untuk teman-teman.
Terima kasih sudah berkenan membaca ulasan dariku.
Sampai jumpa di ulasanku yang lain💜🤗
Komentar
Posting Komentar