Another historical novel yang aku baca setelah Laut Bercerita. Yang jelas, banyak sekali perbedaan di antara keduanya.
Sebenernya membaca novel ini sudah aku rampungkan sejak bulan november tahun kemarin. Selain mager nulis review, aku juga dilanda kebingungan untuk menyusun narasinya. Oke, mari dimulai dari first impression. Novel ini pertama kali terbit di tahun 2002. Dan aku baru mengenal novel ini sekitar tahun 2019, terealisasi baca di tahun 2021.
Pengetahuanku soal novel masih sebatas dari rekomendasi teman / orang lain. Karena dulu novel yang sangat mudah ditemukan (di perpus / milik teman) hanya novel karya penulis tertentu, jadi aku kurang eksplor. Bertahun-tahun melahap novel karya tere liye salah satunya. Terbiasa dengan gaya bahasa beliau, membuatku sempat terkejut dengan bahasa yang digunakan dalam novel Cantik Itu Luka. Ibaratnya, selama ini aku berada di zona nyaman kemudian berkesempatan eksplor untuk pertama kalinya menemukan hal yang berbanding terbalik dengan zona nyamanku.
Tere Liye dengan bahasa yang "santun" dan Eka Kurniawan dengan bahasa yang "blak-blakan". Jadi agak trigger buat teman-teman yang tidak bisa mentoleransi kata-kata kasar dan vulgar.
Dari judulnya, sebelum membaca sinopsis aku sempat mengira di dalamnya akan menceritakan tentang kecantikan bisa membawa luka bari perempuan. Mematahkan stigma cantik = hidupnya sempurna.
Dan ya, memang benar bahwa tokoh utama yang bernama Dewi Ayu diceritakan sangat cantik. Pada bagian awal novel ini Dewi Ayu dikisahkan memiliki pemikiran yang cukup tidak biasa. Aku pun sempat bertanya-tanya. Apa alasannya sampai berfikiran seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan terus muncul selama membaca novel ini. Perlu menghabiskan ratusan halaman baru mulai bisa terlihat benang merah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benakku.
Selain bahasa, aku cukup kesulitan mencerna cerita dalam novel ini dikarenakan banyak sekali tokoh yang bersangkutan. Pasalnya, setiap tokoh yang muncul dalam novel ini, selalu dijelaskan riwayat hidupnya sampai berlembar-lembar. Ada beberapa bagian yang aku lewatkan juga karena tidak sabar ingin segera mengetahui kelanjutan inti cerita. Hehe.
Novel fiksi sejarah memang belum terbiasa untuk jadi bacaanku. Apalagi dalam novel ini memakai latar waktu yang melintasi berbagai masa. Dari republik ini belum benar-benar ada, kemudian masa Belanda dan Jepang menguasai semua sumber daya alam dan manusia (terutama jawa), sampai memasuki masa kemerdekaan Indonesia, bahkan masa terjadinya G30S PKI pun ada. Sungguh luar biasa novel ini dengan latar waktu yang digunakan.
Dalam kurun waktu sepanjang itu, diceritakan silsilah kisah keluarga Dewi Ayu, orang-orang yang bersangkutan dengannya, bahkan orang yang pernah berkelahi dengan keluarganya pun diceritakan panjang lebar kisah hidupnya. Jujur, diriku dengan kapasitas otak yang pas-pasan ini sempat merasa pusing untuk mengerti silsilah keluarga Dewi Ayu yang cukup complicated.
Ada hal yang menurutku cukup menarik adalah pola pikir Dewi Ayu. Meski dia diceritakan bekerja sebagai pelacur, dia membesarkan anak-anak perempuannya dengan cara membebaskan. Dia tidak memaksa anaknya mengikuti langkahnya, tapi dia juga tidak akan melarang jika hal itu diinginkan anaknya. Cukup demokratis. Saat mendengar kata pelacur memang cukup memberi stigma negatif. Terlepas dari pekerjaanya. Dewi Ayu menurutku adalah sosok perempuan yang cerdas, dia pandai membaca situasi, bisa mengendalikan diri untuk tetap berfikir rasional meski dalam keadaan yang sulit, teguh dengan pendiriannya, pintar berpolitik juga. Jadi, tidak hanya mengandalkan penampilan saja. Aku sangat suka dengan karakter Dewi Ayu yang ini, kalau zaman sekarang mungkin bisa dibilang pola pikirnya seperti alpha female?
Ada satu hal lagi yang berkesan, endingnya yang sungguh sangat membagongkan. diriku yang capek-capek mengerti jalan cerita, silsilah keluarga, dan tidak sabar mengetahui dalang dibalik peristiwa-peristiwa yang terjadi, saat menjelang akhir cerita dibuat sangat kesal. Tapi tidak masalah, hal ini malah menjadi poin plus untuk novel Cantik Itu Luka.
Meski sudah berumur 20 tahun sejak novel ini pertama kali terbit, masih sangat worth it untuk dibaca sekarang. Apalagi bagi kalian yang suka novel bertema sejarah. Meski ini novel fiksi, tapi peristiwa yang disajikan cukup terasa real dengan sejarah yang terjadi.
Sudah cukup sampai sini yang bisa kutulis sebagai review novel Cantik Itu luka.
Kurekomendasikan teman-teman cobalah sekali-kali baca novel semacam ini. Cocok untuk dijadikan pelarian dari ruwetnya hidup. Biar ruwet memahami novel ini saja. Haha.
Sampai jumpa di review novel selanjutnya.💜
Komentar
Posting Komentar